HASIL KUNJUNGAN LAPANGAN
SMK TRITECH INFORMATIKA MEDAN
oleh : Kelompok 5
1. Laili isrami (11-020)
2. Nurfazrina (11-036)
3. Atika M Nataya Nst (11-086)
4. Zulfa Dzatarohmah (11-108)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Sekolah
Nama Sekolah
|
SMK Tritech Informatika
Medan
|
Nomor Pokok Sekolah Nasional
|
10261412
|
Bidang Keahlian
|
Teknik Informasi Dan
Komunikasi
|
Program Keahlian
|
Teknik Komputer Dan
Informatika
|
Kelurahan / Kecamatan
|
Indra Kasih / Medan
Tembung
|
Propinsi
|
Sumatera Utara
|
Jalan
|
Jln. Bhayangkara No. 522
CDE
|
Telepon / Faximile
|
061 – 6635991 / 061 –
6641576
|
Status Sekolah /
Akreditasi
|
Swasta / --
|
Nomor Surat Izin Berdiri
|
420/10985/PPMP/09
|
Tanggal Penetapan
|
06 Agustus 2010
|
Bangunan Sekolah
|
Milik Sendiri
|
Organisasi Penyelenggara
|
Yayasan Pendidikan Triadi Teknologi
|
Website
|
|
Email
|
·
Menjadikan SMK
berbasis teknologi Informatika yang Unggul, Mandiri, Religius dan Berstandar Internasional.
Misi :
·
Siswa/i mampu menguasai
komputer software dan hardware serta jaringan IT.
· Melahirkan generasi
yang handal dalam bidang IPTEK, IMTAQ dan berjiwa kebangsaan.
B. Profil
Observer
Hari : Senin
Tanggal : 18 November 2013
Waktu : 08.20 – 09.15 Wib
Lama Observasi :
1 Jam
Tempat :
Kelas X MM I
Mata Pelajaran :
Penjaskes
Nama observer 1 : Laili Isrami
NIM :
111301020
Nama observer 2 : Nurfazrina
NIM :
111301036
Nama observer 3 : Atika M. N. Nst
NIM :
111301086
Nama oberver 4 : Zulfa D.
NIM :
111301108
C. Kondisi
Fisik Kelas
Ruangan kelas X MM 1 terletak di lantai 1, ruangan
kelas berukuran 7x4 m dengan cat berwarna hijau dan menggunakan pintu kaca
dengan diterangi 3 buah lampu. Kelas X MM 1 tersebut memiliki fasilitas yaitu
berupa : 1 buah TV plasma, 1 buah whiteboard,
2 buah AC, dan 1 kipas angin (yang pada saat itu tidak sedang dinyalakan).
Jumlah siswa pada kelas X MM 1 sebanyak 24 siswa, dengan
jumlah siswa perempuan 12 orang dan siswa laki-laki 12 orang. Namun, pada saat
observasi dilakukan, jumlah siswa yang hadir adalah 20 siswa, yakni semua siswa
perempuan hadir dan hanya 8 orang siswa laki-laki yang datang.
Media yang guru gunakan pada saat proses belajar-mengajar
adalah 1 buah laptop, 1 buah plasma yang terhubung dengan laptop untuk
menampilkan materi yang akan mereka pelajari, 1 buah spidol hitam dan 1 whiteboard. Media pembelajaran siswa/i
adalah sebuah laptop, buku tulis, dan alat tulis.
D. Hasil
Observasi
Pada saat kelompok melakukan observasi pada kelas X MM 1
tersebut, mereka sedang belajar mata pelajaran Penjas, yaitu lebih tepatnya
dengan topik Atletik. Guru menerangkan dengan suara
yang keras sehingga mampu menarik perhatian siswa, kemudian sesekali guru melakukan gerakan - gerakan fisik untuk memperagakan cara
melakukan lempar lembing, tolak peluru, dan lain-lain. Pada saat
menerangkan materi tersebut, guru Penjas tersebut juga memberikan humor-humor
pada siswa nya agar proses belajar-mengajar tidak monoton.
Ketika satu sub materi sudah selesai, guru memberikan kesempatan pada murid-murid untuk bertanya, dan siswa-siswa secara bergantian
bertanya pada guru, begitu juga guru menjawab secara bergantian dan memberikan tanggapan pada siswa yang sudah bertanya. Ketika tidak ada satu orang siswa pun yang bertanya dan
mengatakan bahwa mereka sudah mengerti, guru tersebut mencoba untuk
membuktikannya dan bertanya pada salah satu murid laki-laki (pada
saat itu menjabat sebagai wakil ketua kelas
X MM I). Namun, jawaban dari wakil ketua kelas tersebut kurang
sesuai, maka guru tersebut mencoba memberikan arahan
jawabannya sehingga siswa tersebut dapat menjawabnya kembali dengan benar.
Di saat guru sedang menerangkan, siswa-siswa tersebut
mendengarkan dengan seksama. Sesekali mereka mencatat apa yang dikatakan oleh
gurunya di buku catatan mereka dan ada yang mencatatnya di laptop mereka
masing-masing,yakni ada sekitar
5 siswa laki-laki mencatat pelajarannya dengan menggunakan laptop. Namun pada
saat guru menerangkan, kelompok sempat menangkap beberapa siswa laki-laki
sedang melihat ke arah luar ruangan dengan durasi yang cukup lama. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa kelas
tersebut menggunakan pintu dan dinding kaca pada sisi belakangnya sehingga
orang-orang yang berada di luar
kelas yang hilir-mudik dengan urusannya masing-masing dapat
dilihat dari dalam ruangan kelas.
Setelah semua materi sudah disampaikan oleh guru, guru
tersebut memberikan refreshing pada
siswanya dengan memberikan video yang ditampilkan di plasma seperti gerakan
senam tangan , kemudian para siswa
diminta untuk mengikutinya.
Namun, sebelum proses belajar-mengajar
benar-benar diakhiri, guru ingin memberikan mereka tugas, tapi mereka protes
dan menolak. Oleh karena itu guru meminta pada mereka untuk memberikan alasan yang logis mengapa mereka menolak untuk diberikan tugas dari perwakilan siswa perempuan dan laki-laki. Masing-masing dari perwakilan tersebut mengatakan tiga
alasan, yaitu (1) karena tugas
Penjas yang diberikan
sebelumnya belum selesai. (2) tugas
mereka tidak hanya Penjas saja
tapi masih banyak tugas mereka pada pelajaran lain. Dan (3) waktunya tidak cukup untuk menyelesaikan tugas tersebut.
Namun, guru tersebut memberikan mereka dua jawaban, yaitu (1) bahwa sebagai seorang siswa mereka harus belajar apalagi
mereka adalah siswa SMK Tritech yang selama tiga tahun ini sebagai SMK percontohan.
(2) jika mereka merasa terbebani karena tugas seperti ini,
lebih baik mereka tidak bersekolah saja. Setelah
guru menjelaskan kedua alasan tersebut , pada akhirnya para siswa setuju untuk mengerjakan tugas dari gurunya tersebut
selama 10 menit sebelum waktu mata pelajaran Penjas habis.
BAB II
TEORI DAN PEMBAHASAN
A. Sistem Belajar yang Dikaitkan dengan
Teori Skinner
I. Komponen Pembelajaran
Skinner memperkenalkan konsep-konsep
yang dipertimbangkan dalam perencanaan ruang kelas antara lain :
a.
Stimuli diskriminatif
b.
Kotingensi penguatan
c.
Dinamika ruang kelas
Stimuli
diskriminatif. Skinner menjelaskan bahwa pengajaran lebih dari
sekedar memberitahukan sesuatu. Stimulus diskriminatif ini bertindak sebagai isyarat
bagi perilaku tertentu, juga berfungsi untuk mengarahkan perhatian siswa,
misalnya seperti “Lihat gambar ini”. Dalam
kelas X MM I ini, guru memberikan beberapa stimulus dikriminatif untuk mengarahkan
perhatian siswa-siswa antara lain mengajar dengan suara yang keras, menggunakan
plasma sebaagai alat bantu menjelaskan, juga dengan mempraktikkan gerakan-gerakan
atletik di depan kelas. Stimulus ini berhasil menangkap perhatian siswa yang
ditandai dengan siswa tidak ribut dan aktif bertanya.
Kontingensi
penguatan. Dalam hal ini termasuk mengatur agar siswa mengalami
kesuksesan, mempertimbangkan karakteristik siswa, dan membedakan antara perilaku
dengan yang diatur kontingensi dengan yang diatur peraturan. Bila dikaitkan dengan kegiatan belajar
Penjas di kelas X MM I, guru berusaha untuk siswa mampu atau sukses menguasai
topik atletik. Guru selalu memastikannya
dengan berulang-ulang bertanya juga memberikan penguatan jika siswa berhasil menjawab.
Meskipun begitu, guru juga mampu mengatur respon - respon murid yang terkadang tidak
terprediksi seperti saat siswa memberikan komentar yang kurang sesuai, guru
tidak menghukumnya melainkan mengarahkannya.
Dinamika
ruang kelas. Hal ini mencakup memperkuat aproksimasi suksesif,
dan memperkuat perilaku yang tidak kompatibel dengan perilaku yang menganggu. Bila dikaitkan dengan dinamika ruang
kelas X MM I, dinamika ruang kelas sudah cukup baik yakni situasi kelas yang tidak terlalu tegang,
kemudian guru yang sangat mengapresiasi respon siswa-siswanya. Saat respon siswa
sudah sesuai dengan yang seharusnya, guru memberikan pujian. Namun saat respon
tidak kompatibel seperti saat diberikan tugas kemudian siswa menolak dan protes,
guru memberikan nasihat – nasihat agar siswa menjadi termotivasi untuk mengerjakan
tugas. Kemudian guru juga menampilkan beberapa video yang menyegarkan pikiran siswa-siswa,
hal ini juga dapat sebagai penguatan.
II. Mengembangkan Strategi
Kelas
Salah satu aplikasi penting
dari mengembangkanstrategikelas adalah mengembangkan iklim kelas yang positif. Dimana Skinner (1973) mengatakan
bahwa guru dapat membuat transisi dari hukuman ke penguatan positif dengan satu
perubahan sederhana yaitu merespon kekuksesan siswa ketimbang kegagalan siswa
(Skinner, 1973, h.15),
maksudnya adalah daripada menunjukkan
kesalahan yang sudah dilakukan siswa, lebih baik guru memberikan arahan apa dan
bagaimana yang harus dilakukan siswa agar benar. Dengan begitu, hasilnya akan
berupa situasi yang membaik dan pembelajaran yang lebih efisien.
Dari teori diatas, dapat
dilihat bahwa guru Penjas
tersebut sudah mencoba mendidik siswa sesuai dengan teori Skinner. Hal ini
dapat dilihat bahwa saat siswa menjawab pertanyaan dengan salah, guru tersebut tidak memarahinya ataupun mengukum tetapi guru tersebut memberikan arahan pada siswa tersebut agar dapat menjawab
dengan benar. Hal ini juga didukung pada pernyataan Skinner bahwa praktek
penguatan lebih direkomendasikan pada proses belajar-mengajar dan hukuman harus
dihindari karena ia menghasilkan efek emosional yang tidak diinginkan dan tidak
menimbulkan perilaku positif yang diinginkan.
BAB
III
KESIMPULAN
DAN SARAN
A. Kesimpulan
Meskipun observasi yang dilakukan cukup singkat
yakni kurang lebih 1 jam, kelompok dapat menyimpulkan bahwa sistem mengajar dan belajar di
kelas X MM I dapat dikaitkan dengan teori penguatan Skinner. Guru secara sadar atau
tidak sadar menggunakan beberapa prinsip belajar yang dikemukakan Skinner yakni
adanya stimulus, respon, serta penguatan yang diberikan dari
guru ke siswa.
Kelompok juga menyimpulkan bahwa sistem belajar yang diterapkan oleh
guru cukup efektif dan berhasil dalam proses belajar dan mengajar. Hal ini ditandai dengan siswa mampu
menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru tersebut
dengan benar. Ditambah lagi, strategi kelas yang guru berikan sesuai dengan
teori Skinner yaitu saat jawaban siswa salah, guru membuat transisi dari
hukuman ke penguatan positif dengan memberikan arahan jawaban tanpa memberikan
hukuman atas kesalahan siswa tersebut.
B. Saran
Kelompok berpendapat bahwa fasilitas-fasilitas
yang mendukung
sistem belajar mengajar di SMK
Tritech Informasi cukup baik. Hanya saja menurut kelompok, akan lebih baik jika
SMK Tritech Informasi memiliki ruangan terbuka bagi siswa-siswa, selain itu juga
sebaiknya pintu kelas tidak terbuat dari kaca sehingga konsentrasi siswa di
dalam kelas tetap terjaga.
DAFTAR
PUSTAKA
Gredler,
Margaret E. 2013 . Learning and Instruction
: Teori dan Aplikasi. Edisi 6. (diterjemahkan oleh Tri Wibowo B.S. ).
Kencana. Jakarta
Visi
dan Misi SMK Tritech Informatika. Diakases pada 19 November 2013, dari http://www.tritech.sch.id/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar